Inilah Risiko Investasi yang Perlu Diketahui Para Investor

  • IsengNulis
  • Feb 10, 2022

Setiap investasi tentu memiliki risiko tersendiri, entah itu saat kamu memilih instrumen deposito, reksa dana atau lainnya. Risiko bisa diartikan sebagai kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan sebelumnya.

Dalam dunia investasi ada istilah high risk-high return, yang artinya semakin tinggi risiko yang ada maka semakin tinggi pula keuntungan yang bisa didapatkan. Maka dari itu, saat kamu memutuskan untuk mulai berinvestasi, kamu perlu memahami risiko apa saja yang ada.

Dengan begitu, kamu bisa memilih instrumen yang tepat dengan tujuan finansial, kondisi keuangan dan juga toleransi terhadap risiko yang ada. Alasannya karena investasi bisa saja tidak efektif jika tak disesuaikan dengan faktor-faktor di atas yang di rekomendasikan https://sickforprofit.com.

1. Risiko Suku Bunga

Risiko suku bunga adalah risiko yang timbul dikarenakan memburuknya nilai relatif aktiva berbunga (cth: pinjaman atau obligasi) disebabkan oleh adanya peningkatkan suku bunga.

Adanya perubahan suku bunga yang ada di pasaran, tentu akan mempengaruhi pendapatan investasi atau return yang didapatkan.

Umumnya walaupun suku bunga meningkat, tapi harga obligasi berbunga tetap akan turun, begitupun juga sebaliknya.

Teknik paling tua yang masih digunakan untuk mengukur risiko suku bunga adalah menggunakan jangka waktu obligasi.

Sebagai contoh, suku bunga obligasi adalah 8-10% pada umumnya, namun kemudian pemerintah mengeluarkan Sukuk Ritel yang memiliki suku bunga hingga 12%.

Dengan begitu, pastinya investor lebih suka dengan Sukuk Ritel ini.

2. Risiko Pasar

Selanjutnya adalah risiko investasi berdasarkan pasar yang disebabkan adanya fluktuasi atau naik-turunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB).

Adapun fluktuasi tersebut disebabkan karena perubahan sentimen pasar keuangan sepeti instrumen saham dan obligasi.

Perubahan bisa terjadi karena beberapa hal seperti adanya resesi ekonomi, isu, kerusuhan, spekulasi termasuk juga perubahan politik.

Risiko investasi ini juga seringkali disebut dengan risiko sistematik (systematic risk) yang berarti risiko ini tak bisa dihindari dan pasti akan dialami oleh para investor apapun risk profilenya.

3. Risiko Inflasi

Risiko inflasi disebut juga sebagai risiko daya beli yang menunjukan bahwa nilai kas dari investasi saat ini tidak akan bernilai sebanyak di masa depan dikarenakan adanya perubahan daya beli akibat inflasi.

Akibatnya risiko ini memiliki potensi yang dapat merugikan daya beli masyarakat terhadap investasi karena adanya kenaikan rata-rata dari harga konsumsi.

Risiko ini biasanya terjadi ketika seorang investor memegang uang tunai atau berinvestasi di instrumen yang terkait inflasi.

Nilai uang atau aset yang mereka miliki berisiko akan tergerus inflasi.

Sebagai contoh, jika seorang investor memegang 40% dari portofolio tunai  Rp10.000.000 dan inflasi berjalan pada 5%, nilai tunai portofolio akan kehilangan Rp2.000.000 per tahun (Rp10 juta x 0,4 x 0,05) karena inflasi.

4. Risiko Likuiditas

Risiko investasi yang satu ini biasanya muncul diakibatkan karena kesulitan menyediakan uang tunai dalam jangka waktu tertentu.

Contohnya, ada satu pihak yang tak bisa membayar kewajibannya saat jatuh tempo secara tunai.

Walaupun pihak tersebut mungkin bisa dikatakan memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajiban utangnya, tapi di saat aset tersebut tak bisa dikonversikan menjadi uang tunai maka bisa dikatakan asetnya tidak likuis.

Adapun hal ini bisa saja terjadi jika pihak yang memiliki utang tersebut tak bisa menjual hartanya karena tidak ada pihak lain yang minat untuk membeli.

Related Post :